Dampak Kebijakan Pembatasan 3 Hari Gratis Ongkir terhadap Transportasi E-Commerce di Indonesia
Penulis : Pradhana W. Nariendra
18 May 2025
Indonesia melalui Permenkomdigi No. 8 Tahun 2025 menerapkan pembatasan program gratis ongkir hingga tiga hari per bulan. Kebijakan ini ditujukan untuk menciptakan iklim persaingan yang lebih sehat di sektor logistik e-commerce dan menjaga kesejahteraan kurir serta keberlangsungan operasional perusahaan pengiriman (Kominfo, 2025). Namun, pembatasan ini berpotensi mengubah lanskap transportasi logistik, khususnya terkait perencanaan armada, efisiensi rute pengiriman, penerapan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI), serta distribusi berbasis wilayah.
Fluktuasi Permintaan dan Tantangan Perencanaan Armada
Pembatasan durasi gratis ongkir menjadi tiga hari per bulan menciptakan ketimpangan volume pengiriman antara periode promo dan non-promo. Lonjakan volume pengiriman saat hari promo memaksa operator logistik untuk mengalokasikan armada tambahan dan menambah shift kerja demi mengatasi peningkatan pesanan (Pahwa & Jaller, 2022). Di sisi lain, pada hari-hari non-promo, volume pengiriman berkurang drastis sehingga armada berpotensi tidak terpakai atau mengalami idle capacity (Menkomdigi, 2025). Kondisi ini meningkatkan biaya operasional per unit pengiriman akibat pembagian biaya tetap yang harus ditanggung oleh jumlah pengiriman yang lebih sedikit. Untuk mengatasi fluktuasi ini, perusahaan logistik beralih ke sistem perencanaan berbasis AI yang mampu memprediksi volume pengiriman berdasarkan data historis dan pola belanja konsumen (Zenduit, 2024). Sistem ini memungkinkan perusahaan untuk memproyeksikan kebutuhan armada lebih akurat, mengurangi risiko over-capacity atau under-capacity, dan mengoptimalkan penggunaan armada saat periode promo maupun non-promo (Pahwa & Jaller, 2022). Strategi lain yang mulai diterapkan adalah spot rental, yaitu penyewaan armada tambahan hanya pada periode promo. Strategi ini dianggap lebih efektif dibandingkan pembelian armada baru, terutama ketika lonjakan volume hanya terjadi tiga hari per bulan (Menkomdigi, 2025).
Optimalisasi Rute Pengiriman dan Konsolidasi Barang
Peningkatan volume pengiriman saat periode promo tidak hanya menambah beban armada, tetapi juga memperbesar potensi kemacetan pada rute pengiriman utama. Untuk mengatasi tantangan ini, perusahaan logistik menerapkan teknologi AI routing yang dapat memetakan rute optimal berdasarkan kondisi lalu lintas, cuaca, dan kepadatan wilayah (Li & Zhang, 2024). Penerapan AI routing terbukti efektif menekan waktu tempuh pengiriman hingga 15% dan mengurangi konsumsi bahan bakar sebesar 10% (Zenduit, 2024). Sistem ini juga memungkinkan perusahaan melakukan penjadwalan ulang rute secara dinamis, sehingga pengiriman dapat diprioritaskan berdasarkan tingkat urgensi dan kondisi aktual di lapangan (Google, 2024). Selain optimasi rute, perusahaan logistik mulai menerapkan konsolidasi pengiriman untuk menekan biaya operasional. Konsolidasi pengiriman memungkinkan beberapa paket digabungkan dalam satu kendaraan menuju tujuan berdekatan. Metode ini tidak hanya mengurangi jumlah perjalanan kosong, tetapi juga mempercepat proses distribusi di area perkotaan (Li & Zhang, 2024). Penelitian oleh Li & Zhang (2024) menyebutkan bahwa konsolidasi pengiriman dapat mengurangi perjalanan kosong hingga 22% di kawasan metropolitan, terutama saat hari promo. Di sisi lain, pada hari non-promo, strategi backhaul optimization – pengisian kendaraan kosong saat kembali ke gudang – menjadi solusi untuk menurunkan biaya per unit pengiriman (Pahwa & Jaller, 2022).
Dampak terhadap Biaya Transportasi per Unit Pengiriman
Fluktuasi volume pengiriman antara hari promo dan non-promo berdampak signifikan pada biaya transportasi per unit. Pada hari promo, volume pengiriman tinggi memungkinkan perusahaan logistik untuk mencapai ekonomi skala, yakni penurunan biaya per unit akibat optimalisasi kapasitas armada (Pahwa & Jaller, 2022). Namun, pada hari non-promo, armada berpotensi tidak terisi penuh sehingga biaya per unit pengiriman meningkat akibat pembagian biaya tetap pada volume pengiriman yang rendah (Menkomdigi, 2025). Situasi ini menuntut perusahaan logistik untuk menerapkan strategi mitigasi berupa:
Backhaul Optimization: Mengisi kendaraan kosong saat perjalanan pulang untuk menghindari perjalanan kosong (Pahwa & Jaller, 2022).
Redistribusi Muatan: Mengalihkan armada ke wilayah dengan volume pengiriman lebih tinggi untuk mengoptimalkan kapasitas armada (IDB, 2018).
Konsolidasi Wilayah: Menggabungkan pengiriman menuju tujuan berdekatan agar armada terisi penuh, mengurangi konsumsi bahan bakar, dan menekan waktu tempuh (Li & Zhang, 2024).
Penerapan Teknologi AI dan IoT dalam Sistem Transportasi
Penerapan kecerdasan buatan (AI) menjadi kunci utama untuk mengelola fluktuasi volume pengiriman dan meningkatkan efisiensi rute. Sistem AI dapat memetakan rute optimal, memantau kondisi lalu lintas secara real-time, dan menyesuaikan rute pengiriman agar lebih efisien (Zenduit, 2024). Selain itu, Internet of Things (IoT) juga berperan penting dalam memberikan visibilitas terhadap posisi kendaraan, status pengiriman, dan estimasi waktu kedatangan. Sistem IoT memungkinkan perusahaan untuk mendeteksi keterlambatan pengiriman dan melakukan penjadwalan ulang rute secara dinamis, menghindari risiko keterlambatan (Google, 2024). Studi oleh Pahwa & Jaller (2022) menunjukkan bahwa penerapan AI dan IoT dapat meningkatkan efisiensi operasional hingga 18% dan mengurangi konsumsi bahan bakar hingga 12%. Di sisi lain, otomatisasi proses sortir di gudang juga mempercepat proses muat barang sehingga armada dapat segera diberangkatkan, terutama saat periode promo.
Implikasi terhadap Kesejahteraan Kurir dan Sistem Insentif
Pembatasan gratis ongkir tidak hanya berdampak pada operasional armada, tetapi juga pada kesejahteraan kurir. Pada hari promo, volume pengiriman meningkat hingga 30%, menuntut kurir bekerja lebih cepat dan lebih lama (IDB, 2018). Namun, pada hari non-promo, volume pengiriman turun drastis, berpotensi mengurangi pendapatan kurir freelance yang bergantung pada jumlah pengiriman harian (Menkomdigi, 2025). Untuk menjaga keseimbangan pendapatan kurir, perusahaan logistik perlu menerapkan strategi insentif berbasis volume pengiriman, terutama pada hari non-promo. Sistem ini dapat berbentuk bonus atau poin tambahan bagi kurir yang berhasil menyelesaikan target pengiriman tertentu (IDB, 2018). Selain itu, penerapan distribusi berbasis wilayah juga dapat membantu meratakan beban kerja kurir. Sistem ini memungkinkan kurir untuk menangani beberapa pengiriman di area yang sama, mengurangi waktu tempuh dan konsumsi bahan bakar (Menkomdigi, 2025).
Bagaimana Solusi untuk Operator Transportasi dan Kurir?
Pembatasan gratis ongkir melalui Permenkomdigi No. 8/2025 memaksa perusahaan transportasi dan kurir untuk beradaptasi dengan pola permintaan yang tidak merata. Implementasi teknologi berbasis AI dan IoT menjadi solusi utama untuk mengelola fluktuasi volume pengiriman dan menjaga efisiensi armada. Optimalisasi rute, konsolidasi pengiriman, dan strategi backhaul menjadi langkah mitigasi efektif untuk menghindari idle capacity dan menekan biaya operasional per unit Namun, di sisi lain, kebijakan ini juga berdampak pada kesejahteraan kurir yang menghadapi peningkatan beban kerja pada hari promo dan penurunan pendapatan pada hari non-promo. Oleh karena itu, perusahaan logistik perlu menerapkan strategi insentif berbasis volume dan distribusi berbasis wilayah untuk menjaga stabilitas pendapatan kurir di tengah dinamika pasar e-commerce yang terus berkembang.
-Penulis-
https://transportasi.ulbi.ac.id/